Paus Fransiskus Pada Sampul Depan Majalah Time |
"Jangan hanya berkhotbah, dengarkan. Jangan hanya memarahi, sembuhkan."
Majalah TIME memilih pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus,
menjadi tokoh tahun 2013. Dalam sembilan bulan pertama jabatannya di
tahta Vatikan, Paus Fransiskus menempatkan diri di tengah percakapan
utama masa ini – tentang kekayaan dan kemiskinan, keadilan dan
transparansi, modernitas, globalisasi, peran perempuan, pernikahan, dan godaan kekuasaan.
Redaktur Pelaksana TIME, Nancy Gibbs, menjelaskan mengapa majalahnya menjatuhkan pilihan pada mantan kardinal asal Argentina itu. “Ketika batas kepemimpinan sedang diuji di banyak tempat, datanglah seorang pria tanpa tentara atau senjata, tanpa kerajaan di luar tanah sempit di Roma. Tapi dia datang dengan kekayaan dan sejarah besar di belakangnya, untuk melemparkan tantangan pada dunia,” tulis Gibbs di majalahnya, TIME, 11 Desember 2013.
Dengan dunia yang makin kecil karena teknologi yang kian canggih, mimbar sang Paus dapat terlihat bahkan sampai ke ujung bumi. Ketika dia mencium wajah seorang pria cacat atau mencuci kaki seorang perempuan Muslim, foto-fotonya bergema jauh melanpaui batas-batas Gereja Katolik.
Gereja Katolik adalah salah satu lembaga tertua, terbesar, dan terkaya di bumi, dengan pengikut setia 1,2 miliar. Perubahan di dalamnya tidak datang secara alami. Birokrat dan pastor Vatikan dituduh saling bertikai, korup, memeras, dan terobsesi dengan aturan-aturan yang dibuat dengan pikiran sempit. Di sinilah Paus Fransiskus datang dengan prinsip: jangan hanya berkhotbah, tapi dengarkan; jangan hanya memarahi, tapi sembuhkan.
Dalam kurun waktu kurang dari setahun, Paus Fransiskus telah melakukan sesuatu yang luar biasa. “Ia tidak mengubah kata-kata, tapi mengganti musiknya. Pria ini tidak hidup di istana kepausan yang dikelilingi tembok, tapi di sebuah hostel yang dikelilingi imam. Dia berdoa sepanjang waktu, bahkan ketika menunggu giliran periksa di dokter gigi. Dia menaruh mobil dinas Mercedes-nya, dan memilih memakai Ford Focus. Tak ada satu sepatu merah, tak ada salib emas, hanya besi melingkar di lehernya,” kata Gibbs.
Paus Fransiskus menolak segala kemegahan dan hak istimewanya, merilis informasi keuangan Vatikan untuk pertama kalinya, menegur Uskup Agung Jerman yang boros, bahkan menawarkan diri untuk membaptis bayi dari seorang wanita yang bercerai – yang mantan suaminya ingin dia menggugurkan kandungannya. Semua yang dilakukan sang Paus lebih dari simbol kasih sayang dan transparansi.
“Pria ini merangkul kompleksitas dan mengakui risiko bahwa gereja yang terobsesi dengan kebenarannya sendiri akan lebih banyak menimbulkan luka daripada menyembuhkan,” ujar Gibbs.
Bagi Paus Fransiskus, gereja adalah rumah sakit. Tugas utamanya adalah untuk menolong yang terluka, bukan menyanyakan kadar kolesterol ada orang yang terluka. Kadar kolesterol yang ia maksud di sini adalah kadar keimanan seseorang. (sj)
Sumber: viva news
Redaktur Pelaksana TIME, Nancy Gibbs, menjelaskan mengapa majalahnya menjatuhkan pilihan pada mantan kardinal asal Argentina itu. “Ketika batas kepemimpinan sedang diuji di banyak tempat, datanglah seorang pria tanpa tentara atau senjata, tanpa kerajaan di luar tanah sempit di Roma. Tapi dia datang dengan kekayaan dan sejarah besar di belakangnya, untuk melemparkan tantangan pada dunia,” tulis Gibbs di majalahnya, TIME, 11 Desember 2013.
Dengan dunia yang makin kecil karena teknologi yang kian canggih, mimbar sang Paus dapat terlihat bahkan sampai ke ujung bumi. Ketika dia mencium wajah seorang pria cacat atau mencuci kaki seorang perempuan Muslim, foto-fotonya bergema jauh melanpaui batas-batas Gereja Katolik.
Gereja Katolik adalah salah satu lembaga tertua, terbesar, dan terkaya di bumi, dengan pengikut setia 1,2 miliar. Perubahan di dalamnya tidak datang secara alami. Birokrat dan pastor Vatikan dituduh saling bertikai, korup, memeras, dan terobsesi dengan aturan-aturan yang dibuat dengan pikiran sempit. Di sinilah Paus Fransiskus datang dengan prinsip: jangan hanya berkhotbah, tapi dengarkan; jangan hanya memarahi, tapi sembuhkan.
Dalam kurun waktu kurang dari setahun, Paus Fransiskus telah melakukan sesuatu yang luar biasa. “Ia tidak mengubah kata-kata, tapi mengganti musiknya. Pria ini tidak hidup di istana kepausan yang dikelilingi tembok, tapi di sebuah hostel yang dikelilingi imam. Dia berdoa sepanjang waktu, bahkan ketika menunggu giliran periksa di dokter gigi. Dia menaruh mobil dinas Mercedes-nya, dan memilih memakai Ford Focus. Tak ada satu sepatu merah, tak ada salib emas, hanya besi melingkar di lehernya,” kata Gibbs.
Paus Fransiskus menolak segala kemegahan dan hak istimewanya, merilis informasi keuangan Vatikan untuk pertama kalinya, menegur Uskup Agung Jerman yang boros, bahkan menawarkan diri untuk membaptis bayi dari seorang wanita yang bercerai – yang mantan suaminya ingin dia menggugurkan kandungannya. Semua yang dilakukan sang Paus lebih dari simbol kasih sayang dan transparansi.
“Pria ini merangkul kompleksitas dan mengakui risiko bahwa gereja yang terobsesi dengan kebenarannya sendiri akan lebih banyak menimbulkan luka daripada menyembuhkan,” ujar Gibbs.
Bagi Paus Fransiskus, gereja adalah rumah sakit. Tugas utamanya adalah untuk menolong yang terluka, bukan menyanyakan kadar kolesterol ada orang yang terluka. Kadar kolesterol yang ia maksud di sini adalah kadar keimanan seseorang. (sj)
Sumber: viva news