POS KUPANG.COM, MAUMERE -- Sekitar 500 orang nelayan di Kabupaten Sikka, Senin (17/12/2012) mogok melaut dan menggelar aksi turun jalan di Kota Maumere.
Mereka melakukan aksi demontrasi di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sikka dan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sikka.
Nelayan memrotes tindakan kesewenangan oknum aparat yang selama ini melakukan punggutan liar (pungli) terhadap nelayan ketika melaut.
Demonstrasi nelayan ini merupakan aksi gabungan dari Aliansi Masyarakat Nelayan Sikka (Amnesti), Forum Masyarakat Nelayan, Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND) Ekskot Sikka, Partai Rakyat Demokrat (PRD) Sikka, dan Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Dewan Kota Maumere.
Dalam aksi yang di pimpin Yohanes Kia Nunang dan Lorens Ritan ini diwarnai dengan aksi pembakaran sampan dan pukat di halaman depan Kantor DPRD Sikka.
Seperti yang disaksikan Pos Kupang, aksi ratusan nelayan ini bergerak dari kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kota Maumere. Sebelum bergerak, Ritan dalam orasinya meneriakkan slogan "Rakyat Bersatu, Tidak Bisa di Kalahkan".
DKP tidak mampu melaksanakan tugas sejahterakan nelayan. Bahkan parahnya lagi DKP tidak membantu nelayan yang ditangkap. Ritan menegaskan, Gerakan kita adalah mengawal konstitusi, UUD 1945 dan Pancasila. Penghayatan konstitusi telah dikianati dengan tindakan pungutan liar terhadap rakyatnya.
"Saat ini kita rakyat yang mengawal konstutusi, mereka kita tidak percaya lagi karena menderitakan masyarakatnya sendiri. Mereka lengak-lengok kesenangan di atas penderitaan rakyatnya. Untuk kita harus berada di barisan depan yang jaga konstitusi kita. Nelayan tidak usah takut. Hari ini adalah awal dari konsolidasi kita,"tandas Ritan.
Sementara itu Nunang dalam orasinya mengatakan, hari ini nelayan lakukan aktivitasnya pancing didarat saja. Karena di laut nelayan sudah tidak aman lagi.
"Hari ini kita harus satu hati, karena ada provokator yang merusakkan nelayan. Kita belum merdeka, hukum diperjual belikan. Nelayan hanya cari makan ditangkap dan dipenjara. Selama ini banyak orang atas nama nelayan, ketika nelayan susah, sekarang mereka dimana,"tandas Nunang.
Setelah dari TPI, massa mulai bergerak dengan sejumlah sepeda motor dan pickup dan sebagian besarnya jalan kaki mengelilingi kota Maumere. Massa saat itu membawa sebuah spanduk berukuran besar yang bertuliskan "Aliansi Masyarakat Nelayan Sikka (Amnesti), Copot Dan Lanal TNI AL, Copot Kadis Perikanan dan Kelautan, Bubarkan Pol Air, hentikan pemerasan terhadap nelayan. Tegakkan Pasal 33 UUD 1945". (oma/ris)
Mereka melakukan aksi demontrasi di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sikka dan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sikka.
Nelayan memrotes tindakan kesewenangan oknum aparat yang selama ini melakukan punggutan liar (pungli) terhadap nelayan ketika melaut.
Demonstrasi nelayan ini merupakan aksi gabungan dari Aliansi Masyarakat Nelayan Sikka (Amnesti), Forum Masyarakat Nelayan, Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND) Ekskot Sikka, Partai Rakyat Demokrat (PRD) Sikka, dan Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Dewan Kota Maumere.
Dalam aksi yang di pimpin Yohanes Kia Nunang dan Lorens Ritan ini diwarnai dengan aksi pembakaran sampan dan pukat di halaman depan Kantor DPRD Sikka.
Seperti yang disaksikan Pos Kupang, aksi ratusan nelayan ini bergerak dari kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kota Maumere. Sebelum bergerak, Ritan dalam orasinya meneriakkan slogan "Rakyat Bersatu, Tidak Bisa di Kalahkan".
DKP tidak mampu melaksanakan tugas sejahterakan nelayan. Bahkan parahnya lagi DKP tidak membantu nelayan yang ditangkap. Ritan menegaskan, Gerakan kita adalah mengawal konstitusi, UUD 1945 dan Pancasila. Penghayatan konstitusi telah dikianati dengan tindakan pungutan liar terhadap rakyatnya.
"Saat ini kita rakyat yang mengawal konstutusi, mereka kita tidak percaya lagi karena menderitakan masyarakatnya sendiri. Mereka lengak-lengok kesenangan di atas penderitaan rakyatnya. Untuk kita harus berada di barisan depan yang jaga konstitusi kita. Nelayan tidak usah takut. Hari ini adalah awal dari konsolidasi kita,"tandas Ritan.
Sementara itu Nunang dalam orasinya mengatakan, hari ini nelayan lakukan aktivitasnya pancing didarat saja. Karena di laut nelayan sudah tidak aman lagi.
"Hari ini kita harus satu hati, karena ada provokator yang merusakkan nelayan. Kita belum merdeka, hukum diperjual belikan. Nelayan hanya cari makan ditangkap dan dipenjara. Selama ini banyak orang atas nama nelayan, ketika nelayan susah, sekarang mereka dimana,"tandas Nunang.
Setelah dari TPI, massa mulai bergerak dengan sejumlah sepeda motor dan pickup dan sebagian besarnya jalan kaki mengelilingi kota Maumere. Massa saat itu membawa sebuah spanduk berukuran besar yang bertuliskan "Aliansi Masyarakat Nelayan Sikka (Amnesti), Copot Dan Lanal TNI AL, Copot Kadis Perikanan dan Kelautan, Bubarkan Pol Air, hentikan pemerasan terhadap nelayan. Tegakkan Pasal 33 UUD 1945". (oma/ris)
Editor : alfred_dama
Sumber : Pos Kupang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar